Assalamu’alaikum
Wr. Wb
Puji syukur
kehadirat Allah SWT. Semoga Rahmat,
Taufiq, dan Hidayah-Nya senantiasa
menyertai kita semua. Amien.
Dengan ini saya KH. Nuruddin Musyiri Pengasuh Pondok
Pesantren “Nurul Qadim “ Kalikajar Kulon Paiton Probolinggo Jawa Timur, akan
menceritakan riwayat ringkas perjuangan para Ulama mulai masa penjajahan sampai
masa sekarang sebagai bahan evaluasi, proyeksi dan motifasi untuk NU sebagai
organisasi berbasis Ahlussunnah Wal Jama’ah yang memiliki peran penting untuk
kemajuan Negara Indonesia.
NU yang didirikan pada tahun 1926 M, merupakan Jam’iyah
wadah bagi kaum muslimin yang berfaham
Ahlusunnah Wal Jama’ah. Pada saat itu para Ulama bergabung dengan partai politik yang bernama MASUMI (Majlis Syuro Muslimin Indonesia). Pada tahun 1944 M pimpinan partai MASUMI melakukan
liorganisasi dengan merubah fungsi Majlis Syuro, Tanfidiyah dan dikuasai oleh
orang-orang yang berfaham Wahabi. Karena itu dalam Mu’tamar pada tahun 1950 M
di Jakarta diputuskan NU akan keluar dari partai MASUMI sambil menunggu
sementara waktu untuk memberikan kesempatan pada partai MASUMI meninjau kembali
pendiriannya atas koreksi-koreksi yang di sampaikan NU. Akhirnya pada tahun
1952 M pada Mu’tamar NU di Palembang
secara resmi NU menyatakan keluar dari partai MASUMI dan menjadikan NU sebagai
partai politik. Sejak itu NU memasuki dunia politik secara otonom dan terlibat
langsung dalam persoalan–persoalan
kekuasaan negara. Meskipun demikian NU tetap mempertahankan struktur formalnya
yang di sebut Syuriyah dan Tanfidiyah. Pada waktu itu para ulama NU
mengeluarkan fatwa bahwa mencoblos partai NU hukumnya
fardu Ain sehingga hampir 90 % para ulama di Indonesia mendukung partai NU.
Pada pemilu tahun 1955 M Partai NU mengikuti pemilihan
umum dan pada waktu itu jumlah partai politik yang ikut Pemilu sebanyak 42
partai dan urutan pemenang pemilu pada tahun itu sebagai berikut : I. PNI yang
di pimpin oleh Presiden Sukarno, 2. Partai MASUMI 3. Partai NU 4. Partai PKI.
Ketika PKI di dukung pemerintah (Presiden Sukarno) PKI
Semakin lama semakin kuat, kemudian Presiden Sukarno membentuk kabinet yang
bernama NASAKOM (Nasional Agama Komunis) dan partai MASUMI pada waktu itu di
bubarkan oleh Presiden Sukarno karena menolak kabinet NASAKOM tersebut. Akan
tetapi para Ulama NU waktu itu tetap menerima kabinet NASAKOM tersebut dengan
mengambil kaidah fiqih Akhaaffud dlaruraini dan mengambil dalil Daf’ul
Mafasid Muqaddamun Ala Jalbil Masholih. Ketika PKI semakin lama semakin kuat, maka Ulama seluruh Indonesia mengadakan GERBAT (Gerakan Batin) baik di dalam
pesantren ataupun di luar pesantren yang tujuannya untuk menumpas PKI.
Pada tahun 1965 M PKI mengadakan kudeta yang akibatnya
banyak para jendral muslim dan warga NU di bunuh oleh PKI dengan cara yang
kejam. Pada tahun 1948 M kekejaman PKI di Madiun membunuh kurang lebih 350 para
Ulama Pengasuh Pondok Pesantren dengan cara di masukkan kedalam sumur. Sejak saat itu para Ulama semangat dalam berpolitik untuk
merebut kekuasaan. Ketika terjadi kudeta para Ulama mewajibkan kepada seluruh
anggota Ansor dan Banser untuk mengadakan perlawanan dan penyerangan kepada PKI
bersama TNI. Setelah NU mencapai kemenangan maka warga NU banyak yang berhenti dari GERBAT dan beralih bermain drum band sehingga melalaikan sholat ashar dan magrib, Karena hal tersebut pada tahun 1971 datang musibah dari
Allah SWT. NU mau di bubarkan oleh pemerintah. Para Ulama dan warga NU dimusuhi oleh pemerintah dan terus menerus
mendapatkan pukulan dari orang-orang GOLKAR. Meski demikian, para Ulama dan warga NU tetap menunjukkan loyalitasnya terhadap
partai NU.
Untuk menghancurkan partai NU pada tahun 1973 M
pemerintah yang pada waktu itu dipimpin oleh Soeharto mengadakan fusi
partai-partai politik. Tanggal 5 januari 1973 kelompok NU, Parmusi, PSII, dan
Perti menggabungkan diri kedalam satu wadah politik yakni partai PPP (Partai
Persatuan Pembangunan). Untuk menumbuhkan semangat para Ulama dalam memperjuangkan
partai politik Islam para Ulama mengusulkan partai PPP berlambangkan ka’bah. Dengan
lambang ka’bah yang ada di partai PPP para Ulama dan warga NU tetap semangat
walaupun pada saat itu banyak dari para Ulama dan warga NU yang disiksa dan ditahan
oleh pemerintah. Sehingga PPP yang berlambangkan ka’bah mencapai kemenangan
ketika pemilu pada tahun 1977 M.
Pada tahun 1978 tindak diskriminasi yang dilakukan GOLKAR
terhadap warga NU tidak ada upaya
perlawanan dari para Ulama, maka saya KH. Nuruddin Musyiri menyusun kekuatan politik
dalam melawan GOLKAR dengan cara mengumpulkan Para Ulama dua karisidenan Malang,
besuki dan dilanjutkan Pada tahun 1979 M
saya kembali mengumpulkan Ulama se Jawa Timur. Alhamdulillah berkat perkumpulan
tersebut politik yang digunakan GOLKAR untuk menghadapi pemilu 1982 M tidak
lagi menggunakan tindak kekerasan melainkan dengan politik uang dengan cara
membantu para Ulama dalam pembiayaan Pondok Pesantren sehingga banyak Ulama dan
masyarakat NU yang pindah ke partai GOLKAR.
Untuk menghilangkan semangat perjuangan Ulama dan warga
NU di partai politik Islam, maka pada tahun 1982 M pemerintah merubah lambang
ka’bah menjadi lambang bintang dan misi tersebut berhasil dengan bukti banyak
para Ulama dan warga NU pindah ke partai GOLKAR dengan iming-iming uang
sehingga pendukung partai PPP tambah berkurang. Lebih parah lagi pada Muktamar NU
tahun 1984 M di Asembagus Situbondo dan juga pertemuan Ulama di rumah saya,
diputuskan bahwa NU sudah tidak lagi bergabung dengan PPP dan NU dinyatakan
Khitthoh Jam’iyah dan Ulama mengeluarkan fatwa bahwa NU ada di mana-mana dan
tidak ke mana - mana. Ternyata dampak
dari Khitthoh tersebut menyebabkan warga NU dan para Ulama semakin
terpecah belah. NU dijadikan alat politik oleh orang-orang yang punya
kepentingan pribadi dengan bukti banyak orang-orang NU yang masuk ke partai
GOLKAR, PDIP, PAN, PKS membawa bendera NU dan yang lebih ironis ada warga NU
yang mendukung dan masuk ke partai kristen PDS (partai damai sejahtera). Inilah
dampak dari NU tidak lagi berpolitik dan partai PPP partainya umat islam selalu
mengalami kemunduran dengan bukti pada setiap pemilu perolehan suara selalu menurun.
Padahal Indonesia merdeka berkat perjuangan politik para Ulama dan
penumpasan PKI juga berkat perjuangan politik Ulama.
Saya KH. Nuruddin
Musyiri Pengasuh Pondok Pesantren Nurul-Qadim
memohon kepada para Ulama agar bersatu, NU tetap di jadikan Jam’iyah, dan PPP
tetap sebagai wadah partai politik Islam untuk kekuatan Islam di parlemen. Karena menurut saya hukumnya berpolitik adalah fardu ‘ain
dan Ulama sepuh juga mewajibkan kita untuk berpolitik. Jadi kita para Ulama wajib
berpolitik, mengerti politik, dan menguasai setrategi berpolitik, namun kita
sebagai Ulama jangan sampai duduk dikekuasaan politik. Kita sebagai Ulama jangan sampai berkeinginan
menjadi Bupati, Gubernur serta DPR. Tugas Ulama hanya sebagai pengawas dan
pengontrol pemerintah jangan sampai masuk di dalamnya karena tugas Ulama adalah
mengurusi pesantren dan masyarakat dan juga biar ada perbedaan antara Ulama dengan
pemerintah dengan berlandasan hadits nabi.
صنفان من الناس اذاصلحا صلح
الناس واذا فسدا فسد الناس العلماء والأمراء.
Artinya : dua golongan dari manusia apabila sama-sama
baik maka masyarakat akan baik jika sebaliknya maka masyarakat akan rusak.
Keduanya adalah Ulama dan Umaro
Jadi melihat sejarah di atas kemerdekaan Indonesia tidak
lepas dari perjuangan Ulama dan akibat dari tidak berpolitiknya Ulama pemerintah di Indonesia banyak yang
koruptor, negara tidak karuan. Kita harus ingat kepada sejarah negara Spanyol
selama 700 tahun pernah dikuasai Umat Islam tapi alangkah ironisnya karena
kalah politik sekarang negara tersebut dikuasai orang kristen sehingga banyak
masjid jami’ yang di rubah menjadi gereja.
Dan kita harus ingat negara Saudi Arabia karena kalah politik sekarang
dikuasai orang Wahabi sehingga semua kegiatan Ahlusunnah mulai dari membaca
maulid, manaqib, dan kegiatan Ahlusunnah yang lain di larang. Kurang alim
bagaimana Al-Habib Muhammad Bin Alwi Al-Maliki karena kalah politik beliau
dilarang mengajar dan menjadi Imam di Masjidil Harom. Bukan hanya itu saja kita
juga harus mengingat kejadian di Negara India pada tahun 1984 M karena kalah
politik terjadilah pembunuhan dan pembaikotan rumah-rumah umat islam dan wanita
muslimah banyak yang diperkosa dan banyak mobil-mobil umat Islam yang di bakar.
Pada saat itu, umat Islam tidak bisa berbuat apa-apa dan yang lain pun tidak berani membantu baik berupa moral
ataupun material. Dan akibat dari tidak bersatunya para Ulama pemeluk islam di
indonesia sekarang menurun menjadi 80% yang awalnya 90%.
Oleh karena itu kita harus ingat perjuangan para Ulama Sepuh,
sebab Indonesia merdeka tidak lepas dari perjuangan mereka dan kita harus
waspada kepada musuh-musuh Islam saat ini. Kalau zaman dahulu musuh islam sudah
jelas yakni belanda, Jepang, dan PKI tetapi pada saat ini musuh islam tidak
jelas yaitu orang munafiq. Dan kita sebagai Ulama jangan sampai menukar agama
dengan uang karena Allah SWT. Berfirman dalam surat Al-Baqoroh ayat 41.
ولا تشتروا بأيتي ثمنا قليلا واياي
فاتقون
Janganlah engkau tukar
Ayat-ayatku dengan uang dan hanya kepadaku kamu harus takut.
Apabila kita ingin barokah umurnya, barokah hartanya
serta barokah keluarganya dukunglah PPP demi tegaknya islam dibumi pertiwi ini.
Dan dalam berpolitik Janganlah merasa disuruh pengurus cabang, pengurus
wilayah, ataupun pengurus pusat, melainkan merasa disuruh Allah SWT dan
Rosulnya SAW. Menurut pendapat saya berpolitik itu hukumnya fardu ‘ain karena
bisa menjaga islam dan kemakmuran islan, sebab kalau kalah dalam politik pondok
pesantren bisa dibubarkan, masjid bisa dikuasai oleh agama lain, orang
malakukan sholat dilarang seperti yang terjadi di Negara Rusia. Mumpung masih
ada kesempatan mari umat islam berlomba-lomba ikut PPP untuk menegakkan islam,
jangan sampai agama ditukar dengan uang.
Saya KH. Nuruddin Musyiri pada zaman dulu pernah ditawari
uang sebesar Rp. 500.000.000 (lima ratus juta rupiah) tetapi saya tolak, karena
menolak uang seperti itu gantinya akan lebih besar dari Allah SWT. Para CALEG
kalau ingin mendapat berkah dari Allah SWT jangan niat mencari uang berniatlah
mencari berkah dan ridla Allah SWT. Jadi tidak jadi tetap semangat dalam
berpolitik demi tegaknya agama islam, pasti gantinya akan lebih besar dari
Allah SWT. Sama halnya seperti orang ke Makkah yang mengeluarkan biaya puluhan
juta jika niatnya untuk beribadah haji dan hajinya mabrur, maka hartanya tidak
akan berkurang malah bertambah berkah dan diapun akan disegani oleh orang, tapi
kalau ke makkah niatnya kerja mencari uang maka setelah pulang tidak akan
berkah dan diapun tidak akan disegani oleh orang meskipun di Makkah dia
melakukan ibadah haji.
Saya KH. Nuruddin Musyiri Pengasuh Pondok Pesantren Nurul
Qadim berpolitik sejak tahun 1971 M sampai sekarang tidak pernah ada niatan
untuk mencari kedudukan baik untuk diri saya maupun untuk anak dan menantu saya
tetapi saya menyerahkannya kepada
orang-orang yang benar-benar mampu memimpin Negara. Ketika PBNU
memutuskan NU khiththoh termasuk orang pertama yang menolak adalah saya. PP Nurul Qadim memiliki gedung aula yang sering
dipakai untuk kegiatan dan rapat-rapat PPP. Untuk melemahkan semangat saya
dalam berpolitik gedung aula tersebut dibom pada tahun 1990 M. Pada
waktu itu pemerintah memberi bantuan dana untuk rehabilitasi gedung
aula tetapi saya tolak, karena
saya tahu tujuan
dari bantuan itu tiada lain untuk membungkam saya supaya tidak semangat
berpolitik. Tujuan saya berjuang di PPP sejak dulu adalah untuk kekuatan islam, kalah atau menang saya tetap di PPP. Dan Alhamdulillah barokahnya
mendukung PPP besar sekali jika diniati untuk tegaknya
islam. Saya berpolitik di
PPP tidak merasa disuruh pengurus cabang, pengurus wilayah ataupun pengurus pusat. Saya berpolitik disuruh Allah SWT dan Rosulullah
SAW.
Saya KH. Nuruddin Musyiri menghimbau
dan mengajak seluruh umat islam khususnya para Ulama masuk dan mendukung partai
islam PPP untuk kekuatan islam di parlemen. Setidaknya PBNU dalam upaya
menyatukan Ulama dalam satu kekuatan politik dengan mengeluarkan fatwa bahwa hukum berpolitik fardhu
‘ain, Sebagaimana fatwa ulama tentang wajibnya berpolitik sebagaimana sejaran
diatas. Dan saya berharap NU di tetapkan sebagai jam’iyah PPP sebagai partai
politik seperti keputusan Ulama salaf dahulu yang menjadikan NU Sebagai
jam’iyah dan MASUMI sebagai partai politik, demi kekuata Islam. Saya yakin umat
islam akan tanbah barokah dan di ridhoi oleh Allah SWT. Sebab satu-satunya
partai yang berfaham Ahlusunnah Wal Jama’ah adalah PPP dan saya yakin PPP adalah
partai yang di ridhoi oleh Allah dengan bukti pesantren saya Nurul–Qadim tambah
lama tambah berkembang baik di bidang pendidikan ataupun pembangunan meskipun
tidak di bantu oleh pemerintah. Semoga perjuangan para Ulama dari awal sampai
akhir diterima oleh Allah SWT.
Demikian riwayat ringkas perjuangan
Ulama dan
perjalanan politik saya KH. NURUDDIN
MUSYIRI, akan lebih baik jika pengurus PBNU dan Pengurus Pusat PPP berkenan mengcopy
risalah singkat ini dan menyebarkannya kepada seluruh generasi islam diseluruh
Indonesia supaya menjadi pelajaran yang berharga. Dan atas perhatiannya saya
sampaikan banyak terima kasih Jazakumullah Khoiron katsiro. Semoga perjuangan
kita dalam menegakkan agama di terima oleh Allah SWT. Amin ya Robbal Alamin.
Wassalamu’alaikum
Wr. Wb