Monday 25 February 2013

SEJARAH POLITIK KH. NURUDDIN MUSYIRI PENGASUH PON-PES NURUL QADIM

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Puji  syukur  kehadirat  Allah SWT. Semoga  Rahmat,  Taufiq,  dan Hidayah-Nya  senantiasa  menyertai  kita  semua. Amien.

Dengan ini saya KH. Nuruddin Musyiri Pengasuh Pondok Pesantren “Nurul Qadim “ Kalikajar Kulon Paiton Probolinggo Jawa Timur, akan menceritakan riwayat ringkas perjuangan para Ulama mulai masa penjajahan sampai masa sekarang sebagai bahan evaluasi, proyeksi dan motifasi untuk NU sebagai organisasi berbasis Ahlussunnah Wal Jama’ah yang memiliki peran penting untuk kemajuan Negara Indonesia.

NU yang didirikan pada tahun 1926 M, merupakan Jam’iyah wadah bagi kaum  muslimin yang berfaham Ahlusunnah Wal Jama’ah. Pada saat itu para Ulama bergabung dengan partai politik yang bernama MASUMI (Majlis Syuro Muslimin Indonesia). Pada tahun 1944 M pimpinan partai MASUMI melakukan liorganisasi dengan merubah fungsi Majlis Syuro, Tanfidiyah dan dikuasai oleh orang-orang yang berfaham Wahabi. Karena itu dalam Mu’tamar pada tahun 1950 M di Jakarta diputuskan NU akan keluar dari partai MASUMI sambil menunggu sementara waktu untuk memberikan kesempatan pada partai MASUMI meninjau kembali pendiriannya atas koreksi-koreksi yang di sampaikan NU. Akhirnya pada tahun 1952 M pada Mu’tamar  NU di Palembang secara resmi NU menyatakan keluar dari partai MASUMI dan menjadikan NU sebagai partai politik. Sejak itu NU memasuki dunia politik secara otonom dan terlibat langsung dalam  persoalan–persoalan kekuasaan negara. Meskipun demikian NU tetap mempertahankan struktur formalnya yang di sebut Syuriyah dan Tanfidiyah. Pada waktu itu para ulama NU mengeluarkan fatwa bahwa mencoblos partai NU hukumnya fardu Ain sehingga hampir 90 % para ulama di Indonesia mendukung partai NU.

Pada pemilu tahun 1955 M Partai NU mengikuti pemilihan umum dan pada waktu itu jumlah partai politik yang ikut Pemilu sebanyak 42 partai dan urutan pemenang pemilu pada tahun itu sebagai berikut : I. PNI yang di pimpin oleh Presiden Sukarno, 2. Partai MASUMI 3. Partai NU 4. Partai PKI.

Ketika PKI di dukung pemerintah (Presiden Sukarno) PKI Semakin lama semakin kuat, kemudian Presiden Sukarno membentuk kabinet yang bernama NASAKOM (Nasional Agama Komunis) dan partai MASUMI pada waktu itu di bubarkan oleh Presiden Sukarno karena menolak kabinet NASAKOM tersebut. Akan tetapi para Ulama NU waktu itu tetap menerima kabinet NASAKOM tersebut dengan mengambil kaidah fiqih Akhaaffud dlaruraini dan mengambil dalil Daf’ul Mafasid Muqaddamun Ala Jalbil Masholih. Ketika PKI semakin lama semakin kuat, maka Ulama seluruh Indonesia mengadakan GERBAT (Gerakan Batin) baik di dalam pesantren ataupun di luar pesantren yang tujuannya untuk menumpas PKI. 

Pada tahun 1965 M PKI mengadakan kudeta yang akibatnya banyak para jendral muslim dan warga NU di bunuh oleh PKI dengan cara yang kejam. Pada tahun 1948 M kekejaman PKI di Madiun membunuh kurang lebih 350 para Ulama Pengasuh Pondok Pesantren dengan cara di masukkan kedalam sumur. Sejak saat itu para Ulama semangat dalam berpolitik untuk merebut kekuasaan. Ketika terjadi kudeta para Ulama mewajibkan kepada seluruh anggota Ansor dan Banser untuk mengadakan perlawanan dan penyerangan kepada PKI bersama TNI. Setelah NU mencapai kemenangan maka warga NU banyak yang berhenti dari GERBAT dan beralih bermain drum band sehingga melalaikan sholat ashar dan magrib, Karena hal tersebut pada tahun 1971 datang musibah dari Allah SWT. NU mau di bubarkan oleh pemerintah. Para Ulama dan warga NU dimusuhi oleh pemerintah dan terus menerus mendapatkan pukulan dari orang-orang GOLKAR. Meski demikian, para Ulama dan warga NU tetap menunjukkan loyalitasnya terhadap partai NU.

Untuk menghancurkan partai NU pada tahun 1973 M pemerintah yang pada waktu itu dipimpin oleh Soeharto mengadakan fusi partai-partai politik. Tanggal 5 januari 1973 kelompok NU, Parmusi, PSII, dan Perti menggabungkan diri kedalam satu wadah politik yakni partai PPP (Partai Persatuan Pembangunan). Untuk menumbuhkan semangat para Ulama dalam memperjuangkan partai politik Islam para Ulama mengusulkan partai PPP berlambangkan ka’bah. Dengan lambang ka’bah yang ada di partai PPP para Ulama dan warga NU tetap semangat walaupun pada saat itu banyak dari para Ulama dan warga NU yang disiksa dan ditahan oleh pemerintah. Sehingga PPP yang berlambangkan ka’bah mencapai kemenangan ketika pemilu pada tahun 1977 M.

Pada tahun 1978 tindak diskriminasi yang dilakukan GOLKAR terhadap warga  NU tidak ada upaya perlawanan dari para Ulama, maka saya KH. Nuruddin Musyiri menyusun kekuatan politik dalam melawan GOLKAR dengan cara mengumpulkan Para Ulama dua karisidenan Malang, besuki  dan dilanjutkan Pada tahun 1979 M saya kembali mengumpulkan Ulama se Jawa Timur. Alhamdulillah berkat perkumpulan tersebut politik yang digunakan GOLKAR untuk menghadapi pemilu 1982 M tidak lagi menggunakan tindak kekerasan melainkan dengan politik uang dengan cara membantu para Ulama dalam pembiayaan Pondok Pesantren sehingga banyak Ulama dan masyarakat NU yang pindah ke partai GOLKAR.

Untuk menghilangkan semangat perjuangan Ulama dan warga NU di partai politik Islam, maka pada tahun 1982 M pemerintah merubah lambang ka’bah menjadi lambang bintang dan misi tersebut berhasil dengan bukti banyak para Ulama dan warga NU pindah ke partai GOLKAR dengan iming-iming uang sehingga pendukung partai PPP tambah berkurang. Lebih parah lagi pada Muktamar NU tahun 1984 M di Asembagus Situbondo dan juga pertemuan Ulama di rumah saya, diputuskan bahwa NU sudah tidak lagi bergabung dengan PPP dan NU dinyatakan Khitthoh Jam’iyah dan Ulama mengeluarkan fatwa bahwa NU ada di mana-mana dan tidak ke mana - mana. Ternyata dampak  dari Khitthoh tersebut menyebabkan warga NU dan para Ulama semakin terpecah belah. NU dijadikan alat politik oleh orang-orang yang punya kepentingan pribadi dengan bukti banyak orang-orang NU yang masuk ke partai GOLKAR, PDIP, PAN, PKS membawa bendera NU dan yang lebih ironis ada warga NU yang mendukung dan masuk ke partai kristen PDS (partai damai sejahtera). Inilah dampak dari NU tidak lagi berpolitik dan partai PPP partainya umat islam selalu mengalami kemunduran dengan bukti pada setiap pemilu perolehan suara selalu menurun. Padahal Indonesia merdeka berkat perjuangan politik para Ulama dan penumpasan PKI juga berkat perjuangan politik Ulama.

 Saya KH. Nuruddin Musyiri Pengasuh Pondok Pesantren  Nurul-Qadim memohon kepada para Ulama agar bersatu, NU tetap di jadikan Jam’iyah, dan PPP tetap sebagai wadah partai politik Islam untuk kekuatan Islam di parlemen. Karena menurut saya hukumnya berpolitik adalah fardu ‘ain dan Ulama sepuh juga mewajibkan kita untuk berpolitik. Jadi kita para Ulama wajib berpolitik, mengerti politik, dan menguasai setrategi berpolitik, namun kita sebagai Ulama jangan sampai duduk dikekuasaan politik. Kita sebagai Ulama jangan sampai berkeinginan menjadi Bupati, Gubernur serta DPR. Tugas Ulama hanya sebagai pengawas dan pengontrol pemerintah jangan sampai masuk di dalamnya karena tugas Ulama adalah mengurusi pesantren dan masyarakat dan juga biar ada perbedaan antara Ulama dengan pemerintah dengan berlandasan hadits nabi.
صنفان من الناس اذاصلحا صلح الناس واذا فسدا فسد الناس العلماء والأمراء.
Artinya : dua golongan dari manusia apabila sama-sama baik maka masyarakat akan baik jika sebaliknya maka masyarakat akan rusak. Keduanya adalah Ulama dan Umaro

Jadi melihat sejarah di atas kemerdekaan Indonesia tidak lepas dari perjuangan Ulama dan akibat dari tidak berpolitiknya  Ulama pemerintah di Indonesia banyak yang koruptor, negara tidak karuan. Kita harus ingat kepada sejarah negara Spanyol selama 700 tahun pernah dikuasai Umat Islam tapi alangkah ironisnya karena kalah politik sekarang negara tersebut dikuasai orang kristen sehingga banyak masjid jami’ yang di rubah menjadi gereja.  Dan kita harus ingat negara Saudi Arabia karena kalah politik sekarang dikuasai orang Wahabi sehingga semua kegiatan Ahlusunnah mulai dari membaca maulid, manaqib, dan kegiatan Ahlusunnah yang lain di larang. Kurang alim bagaimana Al-Habib Muhammad Bin Alwi Al-Maliki karena kalah politik beliau dilarang mengajar dan menjadi Imam di Masjidil Harom. Bukan hanya itu saja kita juga harus mengingat kejadian di Negara India pada tahun 1984 M karena kalah politik terjadilah pembunuhan dan pembaikotan rumah-rumah umat islam dan wanita muslimah banyak yang diperkosa dan banyak mobil-mobil umat Islam yang di bakar. Pada saat itu, umat Islam tidak bisa berbuat apa-apa dan yang lain  pun tidak berani membantu baik berupa moral ataupun material. Dan akibat dari tidak bersatunya para Ulama pemeluk islam di indonesia sekarang menurun menjadi 80% yang awalnya 90%.

Oleh karena itu kita harus ingat perjuangan para Ulama Sepuh, sebab Indonesia merdeka tidak lepas dari perjuangan mereka dan kita harus waspada kepada musuh-musuh Islam saat ini. Kalau zaman dahulu musuh islam sudah jelas yakni belanda, Jepang, dan PKI tetapi pada saat ini musuh islam tidak jelas yaitu orang munafiq. Dan kita sebagai Ulama jangan sampai menukar agama dengan uang karena Allah SWT. Berfirman dalam surat Al-Baqoroh ayat 41.
ولا تشتروا بأيتي ثمنا قليلا واياي فاتقون
Janganlah engkau tukar Ayat-ayatku dengan uang dan hanya kepadaku kamu harus takut.

Apabila kita ingin barokah umurnya, barokah hartanya serta barokah keluarganya dukunglah PPP demi tegaknya islam dibumi pertiwi ini. Dan dalam berpolitik Janganlah merasa disuruh pengurus cabang, pengurus wilayah, ataupun pengurus pusat, melainkan merasa disuruh Allah SWT dan Rosulnya SAW. Menurut pendapat saya berpolitik itu hukumnya fardu ‘ain karena bisa menjaga islam dan kemakmuran islan, sebab kalau kalah dalam politik pondok pesantren bisa dibubarkan, masjid bisa dikuasai oleh agama lain, orang malakukan sholat dilarang seperti yang terjadi di Negara Rusia. Mumpung masih ada kesempatan mari umat islam berlomba-lomba ikut PPP untuk menegakkan islam, jangan sampai agama ditukar dengan uang.

Saya KH. Nuruddin Musyiri pada zaman dulu pernah ditawari uang sebesar Rp. 500.000.000 (lima ratus juta rupiah) tetapi saya tolak, karena menolak uang seperti itu gantinya akan lebih besar dari Allah SWT. Para CALEG kalau ingin mendapat berkah dari Allah SWT jangan niat mencari uang berniatlah mencari berkah dan ridla Allah SWT. Jadi tidak jadi tetap semangat dalam berpolitik demi tegaknya agama islam, pasti gantinya akan lebih besar dari Allah SWT. Sama halnya seperti orang ke Makkah yang mengeluarkan biaya puluhan juta jika niatnya untuk beribadah haji dan hajinya mabrur, maka hartanya tidak akan berkurang malah bertambah berkah dan diapun akan disegani oleh orang, tapi kalau ke makkah niatnya kerja mencari uang maka setelah pulang tidak akan berkah dan diapun tidak akan disegani oleh orang meskipun di Makkah dia melakukan ibadah haji.

Saya KH. Nuruddin Musyiri Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Qadim berpolitik sejak tahun 1971 M sampai sekarang tidak pernah ada niatan untuk mencari kedudukan baik untuk diri saya maupun untuk anak dan menantu saya tetapi saya menyerahkannya kepada  orang-orang yang benar-benar mampu memimpin Negara. Ketika PBNU memutuskan NU khiththoh termasuk orang pertama yang menolak adalah saya. PP Nurul Qadim memiliki gedung aula yang sering dipakai untuk kegiatan dan rapat-rapat PPP. Untuk melemahkan semangat saya dalam berpolitik gedung aula tersebut dibom pada tahun 1990 M. Pada waktu itu pemerintah memberi bantuan dana untuk rehabilitasi gedung aula tetapi saya tolak, karena saya tahu tujuan dari bantuan itu tiada lain untuk membungkam saya supaya tidak semangat berpolitik. Tujuan saya berjuang di PPP sejak dulu adalah untuk kekuatan islam, kalah atau menang saya tetap di PPP. Dan Alhamdulillah barokahnya mendukung PPP besar sekali jika diniati untuk tegaknya islam. Saya berpolitik di PPP tidak merasa disuruh pengurus cabang, pengurus wilayah ataupun pengurus pusat. Saya berpolitik disuruh Allah SWT dan Rosulullah SAW.

          Saya KH. Nuruddin Musyiri menghimbau dan mengajak seluruh umat islam khususnya para Ulama masuk dan mendukung partai islam PPP untuk kekuatan islam di parlemen. Setidaknya PBNU dalam upaya menyatukan Ulama dalam satu kekuatan politik dengan mengeluarkan fatwa bahwa hukum berpolitik fardhu ‘ain, Sebagaimana fatwa ulama tentang wajibnya berpolitik sebagaimana sejaran diatas. Dan saya berharap NU di tetapkan sebagai jam’iyah PPP sebagai partai politik seperti keputusan Ulama salaf dahulu yang menjadikan NU Sebagai jam’iyah dan MASUMI sebagai partai politik, demi kekuata Islam. Saya yakin umat islam akan tanbah barokah dan di ridhoi oleh Allah SWT. Sebab satu-satunya partai yang berfaham Ahlusunnah Wal Jama’ah adalah PPP dan saya yakin PPP adalah partai yang di ridhoi oleh Allah dengan bukti pesantren saya Nurul–Qadim tambah lama tambah berkembang baik di bidang pendidikan ataupun pembangunan meskipun tidak di bantu oleh pemerintah. Semoga perjuangan para Ulama dari awal sampai akhir diterima oleh Allah SWT.
         
Demikian riwayat ringkas perjuangan Ulama dan perjalanan politik saya KH. NURUDDIN MUSYIRI, akan lebih baik jika pengurus PBNU dan Pengurus Pusat PPP berkenan mengcopy risalah singkat ini dan menyebarkannya kepada seluruh generasi islam diseluruh Indonesia supaya menjadi pelajaran yang berharga. Dan atas perhatiannya saya sampaikan banyak terima kasih Jazakumullah Khoiron katsiro. Semoga perjuangan kita dalam menegakkan agama di terima oleh Allah SWT. Amin ya Robbal Alamin.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

No comments:

Post a Comment